Selama ini aku selalu menganggap uang 2000 adalah uang yg bernilai kecil, terutama ketika aku hidup diperantauan yg jelas merupakan daerah perkotaan, ekonomi serba mahal, uang 2000 untuk membeli setengah bungkus nasi uduk pun masih kurang. Terkadang aku juga sering menggeletakan asal uang 2000 di atas lemari ku ketika aku masih merantau, aku terlalu menganggap uang itu bernilai kecil, hingga aku menyepelekannya.
Sore itu aku berniat mengantarkan kue buatan nenek ke rumah bibi yang kebetulan letak rumahnya tidak jauh dari rumahku, cukup menghabiskan kira-kira 7 menit untuk tiba dirumah bibiku. Aku mengetuk mengucap salam, lalu bibiku membukakan pintu dan menyambut ku ramah. Kami berbincang-bincang sebentar sambil mengasuh dan bercengkerama dengan dede bayi. Oh iya aku hampir lupa, beberapa bulan terakhir bibiku mengasuh anak adiknya karena ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Ketika aku asyik bercengkerama dengan bibi dan dede bayi, tiba-tiba ada seorang ibu-ibu sambil menggendong anaknya masuk ke rumah bibi, dia masih tetangga bibi dan tetangga ku juga tentunya. Namun, aku tak begitu mengenalnya. Dia menangis terisak dan berteriak histeris sambil berbicara terbata-bata,
“To..long bu to..lo..ng pin..jemi.. aku uang 2000” (setelah diterjemahkan dari B. Sunda ke B. Indonesia) sambil menangis dia berbicara dan ucapannya tak begitu jelas ku dengar.
Aku begitu kaget mendengar apa yang telah dikatakan ibu itu, walau sebenarnya aku tak begitu jelas mendengar ucapannya. Aku terdiam kaku, dalam hati aku berbicara “begitu pentingkah uang 2000 yang selama ini ku sepelekan sampai ibu itu menangis memohon untuk dipinjamkan?” Bibi juga memasang wajah yang terlihat kaget tapi berbeda dengan yang aku pikirkan, bibi terlihat kaget karena tangisnya yang histeris dia tidak mungkin kaget seperti yang aku pikirkan karena bibi pasti lebih mengetahui kondisi ibu itu.
Mendengar ibu itu berbicara Sontak saja bibi langsung berdiri dari tempat ia duduk dan merogoh saku baju dasternya, ada uang 1000 didalamnya, masih kurang 1000 lagi. Ketika bibi sibuk mencari uang, Mataku berkaca berlinang air mata, sampai aku lupa bahwa yang dibutuhkan ibu itu bukan air mataku tapi uang 2000, buru-buru aku mengusap air mata kemudian merogoh kantong skirt ku, tidak ada uang sepeserpun aku hampir lupa bahwa aku jarang membawa uang jika tidak bepergian jauh.
Beruntungnya bibi sudah menemukan uang 2000 dan langsung memberikannya kepada ibu yang menangis tadi, ibu itu sangat berterima kasih kemudian pergi mungkin untuk pergi memasak atau memberi makan anak-anaknya. Tak lama setelah ibu itu pergi akupun pamit pada bibi untuk pulang.
Sepanjang jalan aku merenung betapa pentingnya uang 2000 bagi orang lain tapi aku menyepelekannya. Benar apa yang orangtua ku katakan perihal duniawi lihatlah ke bawah masih ada orang yang mungkin kurang beruntung dari kita. Sejak itu aku selalu berusaha untuk bersyukur dan mencoba untuk tidak mengeluh juga tidak iri kepada yang orang lain alami.
Komentar
Posting Komentar